TITAH SYEIKH EDEBALI KEPADA OSMAN GHAZI
Berikut adalah sepenggal nasihat terkenal Syeikh Edebali pada anak didiknya, Sultan Osman Ghazi begitu ia menduduki kursi kesultanan.
“Wahai anakku!
Engkaulah Sang Penguasa!
Sementara kita semata rakyat biasa! Amarah adalah milik kita; sabar adalah
kepunyaanmu. Bila tiba saatnya hati kita patah, engkaulah yang hendak
mengobatinya, bukan sebaliknya. Tuduhan adalah milik kita; keberlangsungan
adalah kepunyaanmu. Kelemahan adalah daya kita; lapang dada adalah perawakanmu.
Ketidak-harmonisan, percekcokan, perselisihan, dan kesalah-pahaman adalah milik
kita; keadilan adalah kepunyaanmu. Laku tak baik, ucapan buruk, dan penafsiran
sepihak adalah milik kita; ampunan adalah kepunyaanmu.
Wahai anakku!
Mulai saat ini perpecahan
adalah milik kita; menyatukannya kembali adalah tugasmu. Kemalasan adalah
tingkah kita; dukungan, peringatan, dan memperbaikinya kembali adalah tugasmu.
Wahai anakku!
Bebanmu begitu berat;
tugasmu begitu rumit; sementara kekuatanmu terikat hanya dengan sehelai rambut.
Semoga Tuhan selalu menjadi penyelamat dan senantiasa memberkati negerimu.
Semoga Ia menjadikanmu bermanfaat di atas jalan-Nya. Semoga ia menerangi
jalanmu. Semoga Ia mempertajam sinarmu sehingga mampu menerangi tanah-tanah
terpencil nan jauh. Semoga ia memberimu kekuatan sehingga beban di pundakmu
dapat kau pikul dengan ringan; semoga Ia menganugerahimu akal dan hati yang
senantiasa menjagamu agar tidak menyimpang dari jalan yang benar.
Aku tidak menyukai
peperangan. Kupandang dengan hina pertumpahan darah. Meskipun aku tahu ada
kalanya pedang harus dihunuskan. Namun tujuan dari penghunusan pedang tak lain
adalah untuk menjaga kehidupan, bukan sebaliknya. Dengan ucapan lain, adalah
sebuah kejahatan bila seseorang menggunakan pedang semata untuk melukai orang
lain. Seorang Penguasa tidaklah serta-merta berada di atas negara; peperangan
tidak seharusnya timbul demi kepentingan penguasa belaka.
...
Kita tidak pantas berhenti
karena waktu bukanlah benda mewah. Waktu yang kita miliki sangatlah terbatas…
Cinta sudah seharusnya
menjadi pokok suatu perkara. Cinta bersembunyi di balik kesunyian. Berkoar-koar
hanya akan memustahilkan cinta. Menjadi terlihat hanya akan menafikan cinta.
Mereka yang tidak mengenal
masa lalu sendiri tidak akan pernah menjumpai masa depannya. Osman, pelajarilah
sejarah dengan baik, karena hanya dengan begitu engkau akan dapat melangkah dengan
selamat. Jangan pernah lupakan asal-muasalmu sendiri, karena dengan demikian
engkau akan mengetahui di mana harus berlabuh.
Walang Gustiyala_
0 komentar: