MIMPI SULTAN OSMAN I
Beberapa saat sebelum Sultan Osman I mendirikan kesultanan Turki Usmani, di salah satu bilik sufi milik Syeikh Edebali ia mengalami mimpi yang aneh. Dari mimpi tersebutlah, peradaban luhur dinasti usmaniyah berawal.
Begitu matahari menampakkan wujudnya, seorang anak muda bergegas pergi menghadap gurunya, ia ingin segera bercerita tentang mimpi yang baru ia alami.
Begitu matahari menampakkan wujudnya, seorang anak muda bergegas pergi menghadap gurunya, ia ingin segera bercerita tentang mimpi yang baru ia alami.
"Tuan Guru, hamba melihat Tuan Guru dalam mimpi hamba
semalam."
"Ceritakan, wahai anakku, seperti apa mimpi yang Tuhan
berikan padamu!" Ucap sang guru.
"Hamba melihat sebentuk rembulan sabit tampak di dada
Tuan Guru," dahi si murid mulai berkeringat,
"tidak lama kemudian rembulan tersebut naik perlahan-lahan ke atas
kemudian mendarat dan hinggap di dada hamba. Dari pusar hamba, tiba-tiba tumbuh
sebatang pohon. Ia tumbuh begitu cepat, dalam
hitungan beberapa saat sudah bercabang kemana-mana. Tumbuh, tumbuh, dan tumbuh,
sehingga bayangan hijau dedaunan dan batang-batangnya sanggup menutupi seisi alam raya."
Sang
Guru yang
sudah cukup umur tersebut tertegun menyimak mimpi salah satu
muridnya.
"Apa kiranya makna dari mimpi hamba tersebut, Tuan
Guru?"
Anak
muda
tersebut adalah Osman Ghazi, atau kemudian
hari dikenal dengan Osman I, karena sifatnya yang tidak pernah takut
menghadapi apapun ia mendapat julukan Kara. Ia adalah pendiri imperium
raksasa yang mengibarkan namanya selama lebih dari enam abad, yakni dinasti Turki Usmani.
Sementara sang guru adalah Syeikh Edebali, seorang tokoh sufi terpandang waktu
itu.
Singkat
cerita, pada
tahun 1230, Ertugrul berikut pasukan kudanya membantu Kesultanan Rum
(Kesultanan Turki Seljuk yang ketika itu menguasai Anatolia)
untuk melawan kekaisaran Bizantium. Pada tahun 1231, pasukan tersebut berhasil menaklukkan kota kecil bernama Nicea milik kekuasaan Bizantium. Setelah dikuasai, kota tersebut
diubah namanya menjadi Sögüt, di sanalah Ertugrul dan istrinya yang bernama
Khaima dikaruniai seorang putera yang diberi nama Osman. Setelah sang ayah meninggal pada tahun 1281, sang putera dilantik sebagai pengganti. Babak baru dalam
sejarah panjang bermula.
Jauh hari sebelumnya, sebelum menjawab mimpi muridnya yang
nantinya mendirikan dinasti tersebut, Syeikh Edebali kerap berdiskusi dengan
Ertugrul mengenai Islam dan berbagai ilmu pengetahuan, tidak terkecuali menyoal
kepemimpinan dan keadaan kaum muslim di wilayah Anatolia pada saat itu.
Kebiasaan mulia ayahnya ini dilanjutkan oleh Osman Ghazi sejak kehausan akan
ilmu pengetahuan mulai ia rasakan. Ia kerap sekali berkunjung ke pondok sufi
yang dipimpin oleh sang syeikh, baik bertamu sendirian
maupun sekedar menemani ayahnya. Bahkan sesekali ia menginap di salah satu
bilik sufi yang ada di sana, bergaul dengan para darwis yang datang dari
berbagai penjuru.
Ertugrul adalah seorang pemimpin marga Kayi dari Turki
Oghuz. Kecintaan terhadap Islam berikut kehidupan sufi dan ilmu pengetahuan
membuatnya akrab dengan tokoh besar sufi tersebut. Dari hasil
diskusi ia tidak hanya menyerap wacana keislaman, namun
juga prinsip-prinsip kepemimpinan dan tata cara berpolitik. Selaku pemimpin terpandang, ia menjadikan Syeikh Edebali sebagai guru spiritual berikut penasihat istimewa. Hal ini pula
yang diperlihatkannya pada Osman Ghazi, sehingga tidak aneh bila mereka berdua
sangat menghormati tokoh bijaksana tersebut.
Tidak berlebihan bila sekiranya sejarah mencatat bahwa dari petuah-petuah Syeikh Edebali
lahirlah kesultanan Turki Usmani.
"Itu adalah kabar gembira, Osman anakku," Syeikh
Edebali memberi penafsiran terhadap mimpi aneh Osman, "Tuhan
hendak memberikan kekuasaan padamu dan anak turunmu. Seluruh jagat akan berada
di bawah perlindungan anak turunmu. Dan satu hal lagi, anak perempuanku akan
menjadi istri bagimu."
Walang Gustiyala_
0 komentar: